Sunday 30 November 2025 - 11:29
Hikmah Sahifah Sajjadiyyah | Dua Penyeru dan Satu Janji yang Sama

Hawzah/ Apa yang dititipkan (dianugerahkan) dalam diri manusia itu akan kekal dan abadi. Dengan kata lain, setiap manusia yang telah memahami hakikat dirinya dengan baik, tidak akan pernah rela terhadap kebinasaan dan kehancuran. Oleh karena itu, ia mengerahkan seluruh upaya dan perhatiannya untuk mencapai kekekalan dan keabadian tersebut.

Berita Hawzah- Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad 'alaihissalam dalam Shahifah Sajjadiyah mengingatkan kita tentang sebuah kriteria dan tolok ukur penting. Beliau bersabda:

¹{غَیْرُ کَثِیرٍ مَا عَاقِبَتُهُ الْفَنَاءُ وَ غَیْرُ قَلِیلٍ مَا عَاقِبَتُهُ الْبَقَاءُ}

"Sesuatu yang akhirnya adalah kebinasaan dan kehancuran, tidak dianggap banyak; dan sesuatu yang akhirnya adalah keabadian, tidaklah sedikit."

Penjelasan:

Apa yang dititipkan (dianugerahkan) dalam diri manusia itu akan kekal dan abadi. Dengan kata lain, setiap manusia yang telah memahami hakikat dirinya dengan baik, tidak akan pernah rela terhadap kebinasaan dan kehancuran. Oleh karena itu, ia mengerahkan seluruh upaya dan perhatiannya untuk mencapai kekekalan dan keabadian tersebut.

Dua Penyeru dan Satu Janji yang Sama

Allah Swt, yang menciptakan manusia dan yang Mengetahui hakikatnya, dalam banyak ayat Al-Qur'an (kitab petunjuk), berbicara kepada manusia tentang keabadian dan kehidupan kekal.

Sebagai contoh, Allah Swt berfirman:

²{إِنَّمَا عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَیْرٌ لَکُمْ إِنْ کُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. مَا عِنْدَکُمْ یَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ}

" sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui; Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal."

Bahkan, salah satu nama Hari Kiamat juga berkaitan dengan esensi dan fitrah manusia ini:

³ {ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَٰلِکَ یَوْمُ الْخُلُودِ}

"masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan."

Menariknya, Setan (la'natullāh 'alaih) yang juga memahami dengan baik naluri manusia ini, ia masuk melalui jalur keinginan yang sama pada diri manusia—yaitu "keinginan untuk keabadian dan kekekalan, serta menjauhi kebinasaan dan kehancuran"— untuk menggoda manusia.

⁴{فَوَسْوَسَ اِلَیْهِ الشَّیْطانُ وَقالَ یا آدَمُ هَلْ اَدُلُّکَ عَلی شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْک لا یَبْلی}

"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: ""Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?'"

Oleh karena itu, baik dalam ranah kebaikan maupun ranah kejahatan, yang menjadi pusat perhatian dan fokus manusia adalah keinginan untuk meraih keabadian dan kekekalan, serta keinginan terhindar dari kebinasaan dan kehancuran . Lantas, apa yang harus dilakukan manusia untuk mencapai 'keabadian di Surga'?.

Untuk mencapai tujuan agung ini, tidak ada jalan lain kecuali menghiasi diri dengan aroma dan warna Ilahi, serta memutuskan ketergantungan dari selain-Nya. Karena selain ini—sesuai dengan sunatullah—meskipun bertentangan dengan keinginan batin kita, kita akan mengalami kehancuran dan kebinasaan.

⁵{کُلُّ شَیْءٍ هَالِکٌ إِلَّا وَجْهَهُ }

"Segala sesuatu akan binasa kecuali Wajah-Nya (Dzat-Nya yang Maha Suci."

Untuk selamat dari kebinasaan dan kehancuran, kita harus senantiasa tersambung dan terhubung dengan Dzat Yang Maha Suci dan Kekal Abadi itu; karena menjauhi Dzat Yang Maha Suci ini, adalah kebinasaan dan kehancuran itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan, dan juga merujuk pada sabda Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad 'alaihissalam yang disebutkan di awal pembahasan, tolok ukur kita dalam perkataan dan perbuatan harus kekekalan dan ketidakbinasaan, serta bukan sedikit atau banyaknya perbuatan atau perkataan.

Catatan Kaki:

1. Doa ke-18 (Shahifah Sajjadiyah).
2. Surah An-Nahl, Ayat 95-96.
3. Surah Qaf, Ayat 34.
4. Surah Thaha, Ayat 120.
5. Surah Al-Qashash, Ayat 88.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha